Selasa, 26 April 2011

KAJIAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN BIOTA LAHAN BASAH DI SUMATERA BARAT INDONESIA

(THE DIVERSITY CONSERVATION STUDY OF WETLAND BIOTA  IN WEST SUMATRA INDONESIA )
Case study:
The external pressures toward tradional Society in the conservation of bilih fish  (Mystacoleucus padangensis)

Jabang Nurdin*) , Anjas Asmara, Rio Deswandi dan J. Marzuki
*)Staf pengajar biologi FMIPA Univ. Andalas
 Contact:jabangnurdin@yahoo.com

Abstract

The conservation study and protection of bilih fish (Mystacoleucus padangensis) has been done at Singkarak lake from April to July 2005. The data were taken with several methods such as survey method, interview method and the several literature  studies.  The survey was done by observing of habitat physical condition at the circumference of Singkarak lake and the observing of society area and society activity. These study was done because the endemic fish of Singkarak lake have been threaten to extinction from its habitat. Now the population of bilih fish have decreased from its habitat and the previous researches were still unsophisticated from what we hoped.
These research showed that  the hills condition of circumference of Singkarak lake in critical condition. These condition ware influenced by fire and swidden, decreasing water volume. Several conservation of bilih fish ware done such as reservation area, the protection of   breeding area, the ex-situ conservation from bilih fish nursery afterwards bilih fish nursery were entered in Singkarak lake but the population of bilih fish was remain decreasing until now.
These condition was possible caused by ecotourism society activity, decreasing water volume from Singkarak lake, deforestation, decreasing  key species of  bilih fish from its habitat. Therefore we must study the food chain of bilih fish and the conservation of species, population, and ecosystem levels. Beside that, decreasing traditional norm and  society ethics influenced the condition of bilih fish.

Keywords: bilih, Mystacoleucus padangensis, ethics , ecotourism.


PENDAHULUAN

Lahan basah di Sumatera Barat meliputi daerah berawa, payau (daerah mangrove, estuaria) di sepanjang pantai Sumatera Barat, padang lamun (di kawasan Mandeh) dan air tergenang berupa danau (D. Singkarak, D. Maninjau, D. Di Ateh, D. Di Bawah, dan Danau Talang) serta aliran sungai yang banyak terdapat di Sumatera Barat. Lahan basah di Sumatera Barat mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Habitat perairan ini mengandung kekayaan hayati flora mulai dari bakteri, jamur, ganggang, tumbuhan air hingga pohon-pohon di daerah hutan. Juga berbagai fauna yang berkisar dari protozoa, moluska, krustacea, serangga, ikan, amfibibi hingga mamalia, dan ada yang merupakan endemik seperti ikan bilih (Mystacoleucus padangensis).
Krisis biota lahan basah sudah mengkuatirkan dengan berkurangnya populasi biota tersebut di habitat alaminya. Agar krisis biota ini tidak semakin parah, maka perlu ada langkah-langkah strategis yang harus dilakukan segera, tidak hanya dengan cara melindungi ekosistem, habitat, dan spesies, akan tetapi perlu langkah kongkrit untuk membawa permasalahan tersebut ketingkat pemerintah dan pengambil kebijakkan.
            Azas konservasi yang dikemukakan dalam pasal 2 Undang-Undang konservasi hayati tahun 1982 adalah sesuai dengan azas pengelolaan lingkungan hidup sebagai tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang lingkungan hidup (UU no. 5 th 1992) yaitu azas pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Pelestarian dan pembangunan adalah dua faktor yang dalam pengertian mengarah kepada keserasian dan keseimbangan antara pembangunan dengan pelestarian. Saat ini upaya penanggulangan krisis keakeragaman telah banyak diupayakan lewat berbagai konvensi dan undang-undang.
            Diperkirakan tidak kurang dari 47 tipe ekosistem yang kaya keanekaragaman hayatinya. Keanekaragaman hayati ini telah menghidupi lebih dari 500 kelompok etnis asli penghuni negeri ini selama ratusan atau bahkan ribuan tahun. Mereka  tersebut tersebar mulai dari garis pantai sampai daerah pegunungan. Pengetahuan tentang lingkungan lokalnya berkembang dari pengalaman sehari-hari, dan kebudayaan mereka harus beradaptasi agar mampu menjawab persolanan kehidupan.
            Salah satu hasil perkembangan kebudayaan tersebut adalah terciptanya suatu sistem pengelolaan atau sumberdaya alam yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan mereka secara berkesinambungan. Konservasi tradisional berlangsung dengan disadarinya nilai-nilai dan kearifan lingkungan telah terbukti mampu mempertahankan kehidupan mereka selama berabad-abad di lingkungan lokal tempat mereka hidup.
            Dewasa ini kehidupan masyarakat tradisional sudah mulai terusik oleh tekanan-tekanan luar yang mempengaruhi tatanan hidup, pola hidup, dan merusak ekosistem tempat mereka hidup. Akibat ini yang sangat dirasakan oleh masyarakat tradisional setempat yaitu sulitnya mendapatkan kebutuhan hidup, seperti berkurangnya sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati. Sebagai contoh masyarakat tradisional yang tinggal dipinggiran Danau Singkarak. Mereka tidak lagi mendengar nyanyian burung yang bermacam-macam, berkurangnya populasi ikan terutama ikan endemik (Mystacoleucus padangensis), dan populasi pensi (Corbicula spp) dan fauna lainnya disekitar danau. Di samping itu, tidak terurusnya lahan basah yang dipunyai oleh masyarakat baik itu danau itu sendiri maupun sungai-sungai sebagai sumber air bagi danau dan perbukitan disekitar danau. Faktor ini sudah sangat komplek sekali baik yang dari faktor luar (eksternal) maupun faktor dari dalam (internal). Kenekaragaman hayati sangat berharga dan merupakan endemik Sumatera Barat dan satu-satunya di dunia hanya ditemukan di Danau Singkrak yaitu ikan bilih Mystacoleucus padangensis. Populasi sudah sangat mengkuatirkan dan terancam punah. Ikan  ini sangat perlu dilindungi karena merupakan aset daerah yang sangat berharga yang menunjang  aset nasional juga merupakan aset dunia.

METODA PENELITIAN
Studi konservasi dan perlindungan ikan bilih (M. padangensis) dilakukan dari April sampai Juli 2005 di danau Singkarak dilakukan dengan metoda survei dan kuisioner pada masyarakat nelayan serta kajian pada beberapa literatur. Survei dilakukan terhadap kondisi fisik dan habitat  secara manual di sekitar danau Singkarak dan pemukiman penduduk serta aktivitas penduduk  yang berhubungan langsung dengan pencarian ikan bilih. Metode kuisioner dilakukan melalui wawancara langsung dengan masyarakat tradisional di sekitar danau Singkarak, sedangkan kajian beberapa literatur tentang ikan bilih sebagai pembanding untuk kondisi saat sekarang.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumatera Barat dijuluki sebagai 'Negeri Seribu Danau' karena banyaknya danau yang terdapat di daerah ini, diantaranya yang terkenal adalah D. Singkarak, D. Maninjau, Twin Lakes (Danau Diatas-Danau Dibawah) dan D. Talang. Danau-danau di negeri ini banyak memiliki keanekaragaman spesies ikan dan ada yang endemik.
Ikan Bilih  (M. padangensis) endemik Danau Singkarak
            Keanekaragaman spesies ikan air tawar yaitu 1.100 spesies yang tersebar di 13,8 juta ha di perairan Indonesia, 600 spesies berada di wilayah Kalimantan dan 400 spesies di perairan umum Pulau Sumatera, salah satu ikan endemik yaitu ikan bilih (M. padangensis) yang terdapat di danau Singkarak.
Ikan Bilih (M. padangensis) adalah ikan endemik yang diseluruh dunia hanya terdapat di Danau Singkarak. Ikan bilih dewasa berukuran panjang 65 sampai 80 mm, atau seukuran jari telunjuk orang dewasa. Ikan ini berwarna keperakan, mengkilap serta tidak bersisik. Penelitian pada tahun 1988 panjang rata-rata ikan bilih yang ditangkap adalah sekitar 9 sentimeter, maka kajian tahun 2002 memperlihatkan bahwa panjang rata-rata ikan bilih tinggal 6 sentimeter saja

Ikan bilih Mystacoleucus (valenciennes, 1842)


                        

Danau Singkarak
Danau Singkarak merupakan danau terluas di propinsi Sumatera Barat. Luas maksimum 112,20 km2; keliling 61km; panjang maksimum 20,00 km; lebar maksimum 6,50 km; kedalaman maksimum 268,00 m; ratio kedalaman 0,5 km; kedalaman relatif 224,22 m; pengembangan isi 1,52; pengembangan garis pantai 3,25 m. Dilihat dari ratio kedalaman, kedalaman relatif dan nilai pengembangan isi menunjukan bahwa Danau Singkarak mempunyai daerah yang relatif dalam dan daerah dalam yang relatif luas. Sedangkan nilai pengembangan garis pantai relatif kecil menunjukan bahwa Danau Singkarak merupakan danau berbentuk elip dengan daerah litoral sempit (Giesen dan Sukotjo, 1991). Beberapa sungai yang bermuara ke Danau Singkarak diantaranya adalah Sungai Sumani yang masuk dari arah selatan, Sungai Paninggahan dan Sungai Muara Pingiai yang berasal dari daerah barat dan Sungai Sumpur dari daerah utara. Satu-satu sungai yang merupakan aliran ke luar Danau Singkarak adalah Sungai Ombilin (Risdawati. 1997).
Keanekaragaman hayati di danau Singkarak diantaranya adalah zoobentos, plankton tumbuhan dan hewan. Zoobentos Danau Singkarak terdiri dari gastropoda, insekta, oligocaeta, pelecypoda dan polychaeta. (Izmiarti dan Dahelmi, 1996) dan plankton terdidri dari Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Cyanophyceae, protozoa rotifera dan crustacea (Azhar, 1993 cit Risdawati,1997).
Vegetasi air yang terdapat di Danau Singkarak adalah enceng gondok (Eichornia crassipes) yang merupakan tumbuhan yang dominan berigu juga dengan jariamun (Potamogeton oblongus). Dan tumbuhan yang terdapat dalam jumlah yang sedikit dan jarang adalah kiambang (salvinia notanns) komunitas ikan yang terdapat di Danau Singkarak terdiri dari 29 jenis dari 11 famili dan ikan yang mempunyai nilai ekonomi tertinggi terdiri dari lima jenis yaitu Bilih, Hampala, Turiek, Asang dan Balingka (Salsabila, 1987).
Krisis Ikan Bilih (M. padangensis)
Penduduk
            Masayarakat Singkarak mata pencarian adalah bertani, berdagang dan nelayan (penagkap ikan bilih) dan perkebunan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap aktivitas penduduk, terutama pengkapan ikan yang sudah overfishing, kegiatan berkebun yang sudah merusak bukit disekitar danau Singkarak dan aktivitas perdagangan dan rumah makan sudah banyak disepanjang jalan dari solok ke Padang Panjang.  
Danau Singkarak sebagai tujuan wisata
            Danau Singkarak salah satu tujuan wisata dan mempunyai pemandangan yang sangat indah serta keunikan  cara penangkapan ikan bilih dan merupakan tempat rekreasi sangat populer. Disamping itu, masyarakat Minang juga mempunyai keanekaragaman budaya sangat bermanfaat.
Kegiatan pariwisata akan tetap keberlangsungan bila  kelestarian alam tetap terjaga. Ditahun 1980 an setiap turis asing yang datang selalu berdecak kagum dan  mengatakan “Indonesia is lovely country, I will come soon”  dan memang terbukti mereka datang dan datang berulang kali . Dewasa ini kegiatan  pariwisata sudah mengalami kemunduran
            Pemahaman tentang Pariwisata Berkelanjutan  kita harus mengacu kepada UU RI nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan Pasal 3. Nilai-nilai pariwisata berkelanjutan yang terkandung dalam UU no 9/1990 dirasakan masih belum diterapkan secara utuh oleh berbagai pihak, salah satunya dunia pendidikan yang  sangat mendasar, dan kaitannya sangat erat dalam pembentukan manusia Indonesia yang berbudaya. Nilai-nilai sadar wisata ini sesungguhnya haruslah selalu dan selalu dimiliki oleh insan-insan pariwisata. Tetapi kenyataannya masih banyak orang membuang sampah ke sungai  dan menebang pohon tanpa memikirkan manfaat dan kegunaannya. 




  Kerusakan alam dan budaya
Terancam punahnya ikan bilih  di danau Singkarak juga menjadi perhatian beberapa ilmuwan Indonesia. Turunya populasi ikan bilih akibat penangkapan yang tidak terkendali dan menggunakan arus listrik dan bahan peledak tetapi sekarang penangkapan tersebut sudah tidak ada lagi. Masyarakat sudah mulai sadar bahwa mereka sudah sangat susah mendapatkan ikan bilih yang merupakan mata pencarian utama mereka. Kemudian  banyaknya habitat ikan bilih yang dirusak serta turunnya elevasi air danau.
Ancaman kepunahan ikan bilih juga dipengaruhi telah bergesernya sendi-sendi kehidupan masyarakat tradional. Pergeseran budaya asli misalnya menurunnya sikap/kebiasaan masyarakat terhadap upacara adat.  
Contoh:    
  • Upacara adat atau seni pertunjukan rakyat, yang dulu hanya dibuat berdasarkan kepentingan masyarakat asli misalnya menolak bala dan peristiwa hajatan. Nilai-nilai ini memang tidak begitu terlihat dalam budaya tapi  dapat dirasakan jika memperhatikan lebih dalam. 
  • Hilangnya nilai-nilai ketimuran, sebaliknya yang mendominasi  gaya kehidupan generasi muda saat ini adalah gaya barat.
  • Kecenderungan seperti ini akan merusak seluruh tatanan nilai yang ada dalam kehidupan kita karenanya  implemetasi dari pendidikan mengenai ekosistem ini perlu diterapkan secara nyata.
  • Kurangnya kepercayaan masyarakat kepada pimpinan adat.
  • Sudah  bergeser nilai etika/norma dari sarat nagari yaitu  batapian, babalai-balai,dan  basurau.
PLTA

Ikan endemik ini mulai langka, bahkan hampir punah. Sebelum pembangkit listrik tenaga air (PLTA) beroperasi, setiap nelayan yang jumlahnya lebih dari 600 orang itu bisa mendapatkan 3-5 kilogram ikan bilih basah per hari. Setelah PLTA Singkarak beroperasi, para nelayan rata-rata mendapatkan 0,5-1 kg sehari. "Kini sangat susah mendapatkan ikan bilih. Kalaupun dapat, paling banyak 0,5 kg per hari. Itu pun ukurannya kecil-kecil (informasi penduduk ” Datuk Rustam (78)” nelayan Pasia di Nagari Singkarak.
Kini, populasinya semakin menurun dan terancam punah. "Batas maksimum eksploitasi seharusnya 60 persen, tetapi karena tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap produksi ikan bilih, eksploitasi mencapai 77,84 persen. Menurunnya populasi ikan bilih diduga menurunya debit air yang mempengaruhi migrasi ikan bilih. Rusaknya habitat pemijahan di muara sungai dan keringnya daerah litoral danau yang berfungsi sebagai tempat pengasuhan dan mencari makan larva ikan bilih. Ruaya (migrasi) ikan bilih berikut lokasi pemijahan dan gangguan terhadap proses pemijahan telur yang berdampak pada kurangnya populasi ikan.

Budaya tradisional dan konservasi
Keharmonisan hidup orang Singkarak mulai bergeser, tata nilai yang ada sebagian telah terdegradasi, dan tidak ada penduduk yang peduli dengan anjuran adat. Keunggulan-keunggulan, kearifan etika terhadap lingkungan dalam budaya tradisional, sudah mulai terusik dan bahkan hilang dari jiwa dan moral manusia.
Sekitar 630 nelayan menggantungkan mata pencahariannya pada ikan bilih. 635 KK atau 3000 jiwa lebih penduduk di sekitar danau menggantungkan hidupnya pada Bilih. Karena sudah bergesernya etika dan norma-norma dalam masyarakat sangat berpengaruh terdapap ekplotasi dan konservasi ikan bilih (Purnomo ,  2004).
Konservasi ikan bilih perlu segera dilakukan diantaranya perlindungan tubuh danau yang meliputi berbagai kegiatan yaitu kegiatan penelitian laju erosi, laju transpirasi flora air, dinamika populasi stok ikan, struktur vegetasi dan kawasan tangkap air, perlindungan dari berbagai bentuk pencemaran danau, pengendalian pemanfaatan sumber daya hayati perikanan, perwilayahan/zonasi daerah tangkapan ikan, serta pemantauan danau secara periodik.
            Melakukan sosialisasi pelestarian sumber daya ikan dan ekosistem danau. Dengan menyatukan pandangan atau persepsi pihak-pihak yang berkepentingan tentang manfaat keberadaan dan dampak danau terhadap sumber daya perikanan dan lingkungan sesuai dengan konsep-konsep code of conduct responsible fisheries. Stakeholders meliputi masyarakat setempat, instansi terkait seperti PLTA, Dinas Kelautan dan Perikanan di kabupaten dan provinsi, serta pengguna danau secara luas. Adapun upaya sosialisasi pedoman-pedoman pengelolaan danau, stoking-restoking, secara nasional dilakukan oleh pusat bekerja sama dengan daerah.
            Konservasi ikan bilih perlu tata ruang dalam pengelolaan ikan bilih, yang meliputi areal penangkapan, dan daerah reservat yang akan berfungsi sebagai daerah penyangga (buffer zone),  perlu penyuluhan dan pendampingan kepada nelayan penangkap ikan bilih terutama yang berhubungan dengan pengelolaan reservat, pengoperasian alat, dan waktu penangkapan dengan cara yang dikerjasamakan antara ahli perikanan dengan LKMD dan KAN, perlu dilakukan usaha pembenihan dan budidaya ikan bilih.
contoh: Suaka Pemijahan
Suaka pemijahan ikan bilih telah dilakukan pinggiran Danau Singkarak dalam bentuk tanggul-tanggul yang panjangnya masing- masing mencapai 200 meter dan lebar 100 meter.
Penangkaran ikan bilih secara in-situ dengan reservat buatan, penangkaran ikan   secara in-situ dilakukan oleh masyarakat muara sungai Sumpur.
 
Upaya pelestarian bilih (M. padangensis) yang telah dilakukan diantaranya, stocking dan restocking, pengembangan reservaat/suaka perikanan, pengaturan penangkapan, perlindungan lingkungan ,pnetapan tata ruang, pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan.
Sebagai tindak lanjut pembangunan suaka perikanan bilih akan dilakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap keberhasilan suaka perikanan dan pembinaan terhadap masyarakat nelayan sekitar Danau Singkarak.
Kenapa pelestarian ikan bilih Mystacoleucus padangensis belum berhasil ?
            Sudah banyak upaya yang telah dilakukan untuk konservasi ikan langka dan endemik ini. Pembibitan yang telah dilakukan dan berhasil mengasilkan ikan juvenil yang siap untuk di lepas ke Danau Singkarak sebagai salah satu habitat aslinya. Tapi apa hasilnya, kekurangan populasi ini terus menurun. Dan upaya masyarakat untuk melindungi ikan satu-satunya di dunia hanya terdapat di Danau Singkarak juga sudah dilakukan, baik cara penangkapan, berapa ekploitasi ikan bilih yang sudah dianjurkan, semua sudah dilakukan masyarakat. Hasil akir dari ini bahwa populasi ikan bilih terus menurun.
           Dari penelitian yang terdahulu sampai sekarang masih belum mencover konservasi secara keseluruhan. Jadi harus ada penelitian yang  cooperative dari berbagai disiplin ilmu.
1.      Harus ada penelitian konservasi biologi.
Konservasi ekosistem
Kita belum punya data tentang ekosistem Danau Singkarak, baik rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang ada di Danau Singkarak. Tanpa ini kita tidak mungkin berhasil mengkonservasi ikan bilih, sebab kita tidak tahu rantai makanan dan apa yang merupakan key spesies dari ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Mungkin hal ini yang menyebabkan upaya pembesaran ikan bilih yang telah berhasil dibiakan dan dilepaskan ke danau tidak memberikan hasil yang diharapkan. Artinya ikan yang ditebar di habitat aslinya tidak berhasil hidup dewasa atau hilang entah kemana.
2.      Danau sebagai daerah wisata (pembawa spesies eksotik)
Banyak dari para wisata baik yang disengaja atau tidak melepaskan ikan-ikan lain ke danau sehingga ikan tersebut populasi cepat berkembang karena tidak punya predator. Di zaman modern ini banyak spesies yang diintroduksi baik sengaja maupun tidak, ke daerah-daerah yang bukan tempat hidup aslinya (Grove dan Burdon, 1986. Drake, dkk. 1989, Hedgpeth, 1993 cit Supriatna, 1998).  Ikan lele yang lepas ke danau tanpa sengaja dan banyak ikan peliharaan yang dilepaskan wisata. Tindakan yang tidak disengaja ini sangat mempengaruhi keberadaan ikan lokal.  Kajian mengenai ini belum dilakukan. Pertanyaan ? apakah ikan-ikan baru yang dintroduksi tanpa sengaja ini merupakan predator bagi ikan endemik Sumatera Barat. Hal ini perlu ada kajian!.

KESIMPULAN

            Ikan bilih yang merupakan endemik danau Singkarak populasi sudah menurun dan terancam punah untuk konservasi ikan ini perlu meningkatkan kembali etika dan norma masyarakat tradional kerana masyrakat yang berperan langsung dalam pemeliharaan dan pengelolaan ikan bilih tersebut. Disamping itu, perlunya konservasi ekosistem danau yaitu konservasi  tingkat spesies, populasi dan ekosistem. Perlunya kerja sama antara masyarakat tradional dan pemerintah setempat dalam pengelolaan dan monitoring populasi ikan bilih.


Daftar kepustakaan


Bappenas, 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman hayati Indonesia 2003-2020. hal 150.
Brown, J. H & Mark V. L. 1998. Biogeography. Second edition. USD. hlm. 641.
Guruswamy, L.D and Jeffrey A. M. 1998. Protection of global biodiversity: Converging strategies. Duke University Press. London. hlm 425.
Giesen, W. dan Sukatjo. 1991. The west Sumatran lakes survey report. Asian wetland bureau. Indonesia.
Lindberg, K. & Donald E. Haukins. 2001. Ekoturisme: Petunjuk untuk rencana & pengelola. Terj. Dari The ecotourisme sosiety, oleh David western. Jakarta. hlm. 199.
Mangunjaya, F. M. Konservasi alam dalam islam. Yayasan obor Indonesia. Jakarta. hlm:142.
Malik, F. 2003. Efektifitas peranan pendidikan dalam penerapan parawisata berkelanjutan.http://litbang.budpar.go.id/Publikasi/jurnal/jikp%20vol-6%202003/Ema%20Vol-6.htm. 27 Juni 2004. pk. 14.24. WIB
Meffe, G.K & G.R.Carroll. 1997. Principles of conservation biology. Second edition. Sinuer associates.Inc. Publisher. USA.
Meijard, H .D. Rijksen dan S. N. Kartikasi. 2001. Di ambang kepunahan! Kondisi orang hutan liar di awal abab ke-21. The gibbon foundation. Jakarta. hlm:393.
Odum, E. P. !971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W. B. Philadelphia. London.
Purnomo, K. 2004. Selamatkan Ikan Bilih. FishyForum, Forum mancing di Indonesia.  http://www.bratanata.com/fishingforum/viewtopic.php?p=900&sid=2b4ea9cdecf93acb25d4371db562052c.  27 Juni 2004. pk. 14.23. WIB
Pusat Studi Lingkungan Hidup. 1984. Penelitian air dan biota danau Singkarak, danau Maninjau, danau Diatas dan Dibawah. Laporan Penelitian Pusat Studi Lingkungan Hidup. Universitas Andalas. Padang.
Primack, R. J. Supriatna, M.Indrawan, P.Kramadibrata, 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Ramakrisman, P.S. 1996. Ecological function of biodiversity: The human dimention. International union of biological science. Hlm 114-130.
Risdawati, R. 1997. Kepadatan populasi ikan bilih (Mystacoleucus padangensis, Blkr) serta hubungannya dengan kepadatan predator (Hampala, spp) di danau Singkarak. Tesis Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang.
Salsabila, A. 1987. Sumber daya ikan danau Singkarak. Proceding seminar IV Windu FMIPA Unand. Padang.
Soule, M.E.1993. Variable population for conservation. Cambridge. University press.
Supriatana, J. dan Edy, H. W. 2000. Panduan lapangan: Primata Indonesia. Yayasan obor Indonesia. Jakarta. hlm: 332.

1 komentar:

  1. gioco digitale, free spins no deposit bonus
    If you were able to access the bonus from an online casino that offers a variety gioco digitale of 카지노사이트 online games and bonuses, クイーンカジノ then your chances are good.

    BalasHapus