Senin, 11 April 2011

BIOTA AIR SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PENCEMARAN AIR SUNGAI


Usaha pengendalian kerusakan sungai dan kebijakan pengelolaannya mengharuskan pemantauan kualitas sungai. Pemantauan ini umumnya dilakukan dengan menggunakan parameter fisik atau kimia. Akhir-akhir ini pemantauan dengan biota lebih diperhatikan, mengingat biota lebih tegas dalam mengekspresikan kerusakan sungai, karena biota terpengaruh langsung dalam jangka panjang, sedang sifat-sifat fisik dan kimia cenderung menginformasikan keadaan sungai pada waktu pengukuran saja. Di samping itu biota ramah lingkungan, murah, cepat dan mudah diinterpretasi. Selain itu pengukuran secara fisika atau kimia memiliki keterbatasan diantaranya :
  1. Kurang praktis dan kurang sensitive untuk memantau semua variable yang mempengaruhi kehidupan seungai.
  2. Tidak bisa memantau kosentrasi polutan yang sangat rendah, akan tetapi telah mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya.
Pencemaran dapat mengubah struktur ekosistem dan mengurangi jumlah spesies dalam suatu komunitas, sehingga keragamannya berkurang. Dengan demikian indeks diversitas ekosistem yang tercemar selalu lebih kecil dari pada ekosistem alami. Diversitas di suatu perairan biasanya dinyatakan dalam jumlah spesies yang terdapat di tempat tersebut. Semakin besar jumlah spesies akan semakin besar pula diversitasnya. Hubungan antara jumlah spesies dengan jumlah individu dapat dinyatakan dalam bentuk indeks diversitas. Perubahan kualitas air di sungai menyebabkan perubahan komposisi komunitas makrozoobentos. Untuk itu diperlukan suatu upaya pemantauan mengenai status kualitas sungai dengan menggunakan biota air.

Biota air merupakan kelompok organisme baik hewan maupun tumbuhan yang sebagian ataupun seluruh hidupnya berada di perairan. Biota tersebut dapat berupa bentos, plankton atau nekton.Komponen biotik dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisika, kimia, dan biologi dari suatu perairan. Salah satu biota yang sering digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah hewan makrobentos. Sebagai organisme yang hidup di perairan, hewan makrobentos sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahannya. Hal ini tergantung pada toleransinya terhadap perubahan lingkungan, sehingga organisme ini sering dipakai sebagai indikator tingkat pencemaran suatu perairan baik yang berasal dari point source pollution maupun diffuse source pollution.

Pencuplikan biota air untuk pengkoleksian dapat dilakukan dengan menggunakan jaring tangan atau jala surber pada perairan dangkal dan menggunakan Dredge untuk perairan dalam. Proses identifikasi sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi biota air yang diterbitkan oleh Wetlands International Indonesia Program atau di laboratorium. Data yang diperoleh di analisa dapat dikelompokkan berdasarkan table 1 dan table 2.

Pengamatan keberadaan biota air menghasilkan sebuah indeks yang dapat menjelaskan kualitas suatu perairan, nilai indeks ini sering juga disebut dengan Indeks Biotik. Salah satu metode yang sering dipakai untuk mengetahui indeks biotik adalah Biological Monitoring Working Party-Average Score Per Taxon (BMWP-ASPT). Sistem BMWP-ASPT mengelompokkan biota air menjadi 10 tingkatan (Scoring) bersadarkan kemapuannya dalam merespon pencemaran di habitatnya. Metode ini juga memperhitungkan keanekaragam jenis tertinggi yang dijumpai pada tinggakat kualitas air tertentu, sehingga dapat di bagi menjadi enam tingkat pencemaran.biota dengan mempertimbangkan kelompok-kelompok tertentu dengan tingkat pencemaran.

Table 1. Nilai Scoring Indeks Biotic Dengan Metoda BSMP-ASPT.
Scoring
Taksa
10
Crustacea (udang galah) Ephemeroptera, Plecoptera (larva lalat batu)
8
Gastropoda (limpet air tawar), Odonata (larva Capung)
7
Trichoptera (larva pit-pita berumah)
6
Bivalvia (kerang/kijing), Crustacea (udang air tawar), Odonata (larva sibar-sibar)
5
Diptera (larva lalat hitam), Coleoptera (kalajengking air, kumbang air), Tricoptera (larva pita-pita tak berumah), Hemiptera (kepik)
4
Plathyhelminthes (cacing pipih), Arachnida (tungau air)
3
Hurudinea (lintah), Gastropoda (siput), Bivalvia (kerang), Gamaridae (kutu babi air), Syrphidae (belatung ekor tikus)
2
Chironomidae (larva Nyamuk)
1
Oligochaeta (cacing)

Table 2. Pengelompokkan berdasarkan tingkat pencemaran.
No
Kelas Pencemaran
Taksa biota indikator
1
Tidak tercemar
Trichoptera (Sericosmidae, Lepidosmatidae, Glossomatidae); Planaria
2
Tercemar ringan
Plecoptera (Perlidae, Peliodidae); Ephemeroptera (Leptophlebiidae, Pseudocloeon, Ecdyonuridae, Caebidae); Trichoptera (Hydropschydae, Psycomydae); Odonata; Coleopte (Elminthidae)
3
Tercemar sedang

4
Tercemar

5
Tercemar agak berat

6
Sangat tercemar

  
MAAF TULISAN INI BELUM SELESAI..................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar